SEAQIL bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan komunitas literasi untuk mendukung kebijakan Merdeka

SEAQIL bekerja sama dengan Perguruan Tinggi dan komunitas literasi untuk mendukung kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

 

SEAQIL dan lima perguruan tinggi (Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Al-Azhar Indonesia) akan menandatangani MOU dan MOA untuk meresmikan kerja sama mereka dalam mendukung Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Kerja sama ini berlandaskan pada Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, khususnya mengenai hak belajar tiga semester di luar program studi. SEAQIL juga akan bekerja sama dengan Koalisi Seni Indonesia. Enam pihak ini akan bersama-sama mengambil peran dalam program baru SEAQIL, yaitu Klub Literasi Sekolah (KLS).

Direktur SEAQIL, Dr. Luh Anik Mayani, dalam sambutannya membuka sosialisasi Klub Literasi Sekolah (KLS) ke perguruan tinggi dan komunitas literasi secara daring pada Jumat [22/1], menyatakan, “Pembentukan KLS merupakan respons SEAQIL terhadap kebijakan Kemendikbud, yakni Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, dan penetapan Asesmen Nasional dengan literasi sebagai salah satu komponen penilaian.”

Deputi Direktur Administrasi, Dr. Misbah Fikrianto, kemudian mempertegas pernyataan Luh Anik bahwa KLS mendukung realisasi kebijakan Kampus Merdeka, khususnya dalam hal hak belajar tiga semester di luar program studi yang tertuang dalam Permendikbud No. 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

“Khusus untuk Kampus Merdeka, KLS akan membuka peluang program magang bagi mahasiswa jurusan bahasa dan jurusan lain yang relevan dengan aktivitas KLS untuk melaksanakan,” tegas Luh Anik. Dalam hal ini, Luh Anik menambahkan, SEAQIL akan bekerja sama untuk merekrut mahasiswa untuk kemudian kami latih menjadi pendamping/instruktur KLS.” Luh Anik kemudian menyampaikan harapannya bahwa SEAQIL memerlukan dukungan dari perguruan tinggi, sehingga SEAQIL dapat membuka kesempatan bagi mahasiswa yang tertarik mengambil program magang ini, yakni KLS.

Menurut Luh Anik, kegiatan sosialisasi ini tidak hanya tentang implementasi, tetapi juga inisiasi kerja sama. Luh Anik juga menjelaskan, “KLS merupakan implementasi kerja sama SEAQIL salah satunya dengan Universitas Negeri Jakarta dan untuk perguruan tinggi lainnya, kami berharap sosialisasi KLS dapat ditindaklanjuti ke tahap kerja sama.”

“SEAQIL juga membuka peluang kerja sama dengan perguruan tinggi lain yang memiliki jurusan bahasa atau jurusan lain yang relevan dengan aktivitas KLS,” imbuh Luh Anik. Luh Anik juga menyampaikan bahwa pertemuan hari ini telah didahului oleh dua pertemuan sosialisasi, yakni sosialisi melalui platform SEAQIL dan melalui siaran Radio Suara Edukasi kerja sama dengan Pusdatin Kemendikbud. “Dari sosialisasi ini terealisasi ada 150 sekolah dari 12 provinsi di Indonesia yang tertarik mengikuti  KLS,” jelas Luh Anik.

Dalam sosialisasi ini, SEAQIL sangat mengapresiasi lima perguruan tinggi yang hadir, dari mahasiswa, dosen, kepala jurusan, dekan, hingga wakil rektor. SEAQIL dengan senang hati menyambut perwakilan Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A. (Universitas Pendidikan Indonesia), Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd. (Universitas Negeri Jakarta), Dr. Sri Harti Widyastuti, M.Hum. (Universitas Negeri Yogyakarta), Dr. Iin Suryaningsih, M.A. (Universitas Al-Azhar Indnesia); Intan Permata Hapsari, M.Pd., Mohamad Ikhwan Rosyidi, Wati Istanti, M.Pd., Girindra Putri Dewi Saraswati, M.A. (Universitas Negeri Semarang). SEAQIL juga mengapresiasi kehadiran Koalisi Seni Indonesia yang diwakili oleh Tita Djumaryo.

Misbah, dalam paparannya, menegaskan bahwa sebelum menjadi pendamping, SEAQIL akan memberikan pembinaan berupa ToT (Training of Trainers) atau workshop kepada mahasiswa. “KLS dirancang dengan hasil target nyata, yaitu siswa KLS akan membaca satu buku atau menghasilkan karya sastra pertunjukan seni dan atau karya juranlistik seperti reportase atau poster tentang suatu tema dalam satu siklus pelaksanaan klub yang berdurasi selama tiga bulan sesuai waktu magang yang diperlukan mahasiswa,” imbuh Misbah menyambung sambutan Luh Anik sebelumnya.

Sosialisasi KLS ini juga menjadi wadah bagi SEAQIL untuk menjaring masukan terkait pelaksanaan KLS dari Perguruan Tinggi dan komunitas yang hadir. Dalam sesi diskusi, Prof. Dr. Didi Sukyadi, M.A., Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan menyampaikan respons positif, “Saya sampaikan apresiasi dan terim kasih kepada SEAQIL yang sudah mengundang Perguruan Tinggi untuk terlibat dalam kegiatan KLS.” Menurut Didi, KLS adalah program yang sangat ditunggu-tunggu merespons rendahnya hasil Programme for International Student Assessment (PISA) litertasi membaca siswa Indonesia. “Semoga dengan terselenggaranya KLS ini, kita dapat menyelesaikan sedikit persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dari sisi literasi,” imbuh Didi.

Didi juga menyampaikan bahwa program KLS merupakan program yang sangat bagus, relevan dan menguntungkan semua pihak. Didik menjelaskan, “Pertama, bagi mahasiswa mendapatkan skill melalui pelatihan dari sisi literasi; kedua, mahasiswa mendapatkan kredit yang membantu menyelesaikan studi mereka; ketiga bagi perguruan tinggi, KLS akan memenuhi salah satu KPI/IKU disamping pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang merupakan bagian Tri Dharma perguruan tinggi; keempat, sekolah/siswa mendapatkan bantuan baik dari sisi ilmu maupun tenaga dari mahasiswa. Lebih lanjut, dalam forum ini, semua perguruan tinggi yang hadir menyambut positif dan menyatakan siap menjalin kerja sama dengan SEAQIL.

Dalam kesempatan yang sama, Tita Djumaryo yang juga membina Organisasi Mari Berbagi Seni mencoba mengulik pelibatan komunitas dan pengukuran hasil KLS. Luh Anik kemudian menanggapi bahwa KLS mengajak siswa untuk membaca minimal satu buku dan berorientasi pada produk seni, sastra, atau jurnalistik. Untuk selebihnya, imbuh Luh Anik, komunitas akan berperan dalam pendampingan ToT mahasiswa dan bahkan memberikan masukan kepada SEAQIL dalam pengukuran hasil KLS.

Selain Tita dan komunitasnya, SEAQIL juga mengundang perwakilan mahasiswa yang aktif dalam komunitas karya seni/sastra/jurnalistik, yakni Amalia Efendi (Universitas Negeri Jakarta) dan Azis Nugroho (Universitas Negeri Semarang) untuk menyampaikan pemikirannya terkait pelaksanaan KLS.

Simpulannya, menyikapi diskusi dengan pemangku kepentingan Perguruan Tinggi, SEAQIL akan segera melakukan MOU dan Perjanjian Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi. Dalam hal ini, SEAQIL juga akan menyusun panduan untuk pelaksanaan program KLS guna mengakomodasi kebutuhan pihak Perguruan Tinggi agar program selaras dengan penjadwalan yang dibuat oleh Program Studi di setiap Perguruan Tinggi termasuk mekanisme dan indikator-indikator untuk konversi Satuan Kredit Semester (SKS) Mahasiswa.

Pada akhirnya, Luh Anik berharap bahwa untuk menyukseskan KLS, SEAQIL memerlukan dukungan dari Perguruan Tinggi dan Komunitas. Luh Anik menyampaikan, “Melalui kesempatan yang baik ini, komitmen Bapak/Ibu sangat kami harapkan sehingga satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia dapat kita capai bersama, yakni mewujudkan Indonesia Emas 2045.”

Narahubung:
Masrur Ridwan (+62) 8587-5063-937
Divisi Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
SEAMEO QITEP in Language
Jalan Gardu, Srengseng Sawah, Jagakarsa
Jakarta Selatan, Jakarta 12640
INDONESIA

Telepon: 021 78884106
Pos-el: ppr@qiteplanguage.org
Laman: qitepinlanguage.org

Twitter: QITEPinLanguage
Instagram: qitepinlanguage
Facebook: qiteplanguage
YouTube: SEAMEO QITEP in Language

×