SEAQIL melakukan audiensi penjajakan kerja sama dengan Universitas Indonesia pada Jumat (18/6). Kolaborasi kedua pihak turut mendukung implementasi kebijakan Merdeka Belajar—Kampus Merdeka (MBKM). Dalam kegiatan ini, Board of Directors SEAQIL hadir dengan didampingi kepala divisi dan staf terkait. Sementara itu, pihak UI diwakili oleh Centre for Independent Learning (CIL)—ISS MBKM.
Direktur SEAQIL, Dr. Luh Anik Mayani, menjelaskan bahwa kolaborasi SEAQIL dan UI sudah berlangsung sejak tahun 2011 dalam kaitannya dengan fasilitasi pakar/tenaga profesional. Dalam pemaparan program SEAQIL, Luh Anik menjabarkan peran SEAQIL dalam mendukung kebijakan Kemendikbudristek dan 7 Agenda Prioritas SEAMEO.
Beberapa program inovatif yang disampaikan Luh Anik diantaranya terkait ke-BIPA-an, literasi, dan bahasa Ibu. Program tersebut menjadi program andalan/prioritas SEAQIL untuk mendukung program MBKM dan hal ini dapat menjadi kesempatan bagus bagi UI, khususnya CIL. Selain itu, Luh Anik juga menjelaskan potensi/kebermanfaatan yang didapatkan oleh mahasiswa dalam program magang SEAQIL. “Lingkup kerja SEAQIL mencakup wilayah Asia Tenggara dan ini menjadi kesempatan bagus bagi mahasiswa untuk berbagi pengalaman dengan mitra SEAQIL di Asia Tenggara”, ujar Luh Anik.
Direktur CIL, F. Astha Ekadiyanto, S.T., M.Sc. menyampaikan bahwa CIL UI berperan sebagai agregator implementasi dan marketplace BKP MBKM, serta pusat MBKM UI. Astha mengungkapkan bahwa program literasi SEAQIL sebenarnya sejalan dengan program Kampus Mengajar dan Gerakan UI Mengajar (GUIM), serta Membangun Desa/KKN Tematik atau model lainnya yang dapat dibentuk.
Deputi Direktur Administrasi SEAQIL, Dr. Misbah Fikrianto, menyambung dengan mengungkapkan adanya kesempatan bagi kedua pihak terkait sinergi program KLS dan Kampus Mengajar/GUIM dalam membentuk sekolah model. Gagasan ini tentunya juga akan mempertimbangkan ekuivalensi nilai magang sebagai pemenuhan nilai kuliah.
Menyambut baik gagasan tersebut, Astha berpendapat bahwa upaya tersebut sangat bagus, terlebih jika framework sudah matang. Astha juga mengajak SEAQIL bahwa bentuk kerja sama dalam konteks mahasiswa maupun tenaga ahli dapat dilaksanakan segera sesuai dengan kurikulum/rekam akademis UI.
Luh Anik juga menyampaikan ketertarikannya dengan program Membangun Desa. Saat ini, imbuh Luh Anik, fokus SEAQIL untuk kemitraan yang akan diinisiasi adalah pembinaan sekolah, namun untuk program yang lebih luas, SEAQIL merencanakan pengelolaan Kampung Literasi. Dengan adanya Kampung Literasi, SEAQIL berharap pembelajaran bahasa akan berbasis komunitas dan dapat sesuai dengan konteksnya. Luh Ani menyampaikan gagasan bahwa program literasi SEAQIL dapat disinkronkan dengan program membangun desa dalam peningkatan literasi bahasa Ibu, termasuk dalam bidang PAUD dan parenting dengan melibatkan SEAMEO Centre Indonesia lainnya.
Menyambung Astha, Kasubit Kerja Sama Mitra dan Komunikasi Kemahasiswaan UI, Yuni R Intarti, M.S.i., turut mendukung bahwa program Membangun Desa sebenarnya sudah ada dan menjadi program MBKM, sehingga sejatinya gagasan ini sudah dapat ditindaklanjuti sebagai salah satu realisasi kerja sama.
Membuka potensi kerja sama lainnya, Deputi Direktur Program, Esra Nelvi M Siagian, M.M., M.Ed., menyampaikan bahwa kedeputian program SEAQIL sedang mengembangkan modul-modul untuk guru bahasa. Setiap tahun, papar Esra, SEAQIL menghasilkan modul untuk pelatihan maupun modul mandiri dan video-video praktik baik pembelajaran. Video tersebut tidak hanya video pembelajaran, tetapi juga video podcast. Tentunya, menurut Esra, ini akan menjadi hal baik dengan adanya dukungan dari perguruan tinggi.
Menutup audiensi, Luh Anik menyampaikan bahwa secara garis besar, kedua pihak sepakat dalam dua hal, yakni bidang kemahasiswaaan dan fasilitasi narasumber dengan berbagai kegiatannya. SEAQIL, selanjutnya, papar Luh Anik, akan memetakan peluang-peluang kerja sama dan akan kembali menginventarisasi program-program yang dapat dikerjasamakan dalam pengabdian masyarakat untuk guru/dosen. “Semoga kerja sama dapat direalisasikan segera dan kedua pihak dapat menyinergikan program MBKM maupun program lainnya”, tegas Luh Anik.